MENCINTAI
WALI-
WALI ALLAH -
Tabligh Akbar
Syaikh
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr
Pengajar Ilmu Akidah Program Pasca Sarjana
Universitas Islam Madinah dan
Pengajar Tetap di Masjid Nabawi,
Kota Madinah An-Nabawiyyah - KSA
Hari Ahad,
25 Jumadal Akhir 1437 H /
3 April 2016
di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Berikut : * Faidah Ringkas Kajian
* Tanya Jawab
* Link Video dan MP3
Berikut : * Faidah Ringkas Kajian
* Tanya Jawab
* Link Video dan MP3
1. Mencintai wali Allah dan kaum muslimin adalah salah satu simpul iman terkuat. Rasulullah bersabda :
أوثقُ عُرَى الإيمانِ الحبُّ في اللهِ ،
وَالبُغْضُ فيهِ
“Tali simpul iman terkuat adalah menyintai karena Allah dan
membenci karena Allah.”
2. Memusuhi wali Allah
berarti menjadi 🗡 musuh Allah.
Dalam hadits
qudsi, Allah berfirman:
مَن عَادَى لي وليّاً؛ فَقَدْ آذَنته بالحَرب
Siapa yang
memusuhi wali-Ku maka sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya
3. Kita harus menjaga lisan dan hati kita bersih dari mencaci,
menjelekkan, dan dengki kepada orang yang beriman.
Allah
berfirman:
(وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ)
Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"
[Surat Al-Hashr 10]
Rasulullah
ditanya:
يا رسولَ اللهِ أيُّ النَّاسِ أفضلُ ؟ قال
: كلُّ مَخمومِ القلبِ صَدوقُ اللِّسانِ
“Wahai Rasulullah siapakah Sebaik-baik manusia manusia?
Rasulullah menjawab: yang bersih hatinya dan selalu benar atau jujur lisannya.”
4. Siapakah wali Allah?
Wali artinya
dekat. Wali Allah adalah orang yang dekat dengan Allah azza wa jalla. Kewalian
seseorang bertingkat sesuai dengan amal shalihnya. Allah berfirman:
(أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
* الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ)
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. “(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” [Surat Yunus 62 - 63]
Oleh karena
itu menurut ulama, wali itu adalah:
من كان مؤمنا تقيا كان لله وليا
Orang yang
beriman dan bertaqwa maka dialah wali Allah
5. Kewalian itu bukanlah soal tampilan lahir yang berbeda dengan
umumnya manusia. Hakikat kewalian adalah kedekatan, keimanan dan ketakwaan
kepada Allah.
Firman Allah
dalam hadits qudsi:
مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ
عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ،
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ
يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ
بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ»
"Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang
terhadapnya dari-Ku. Tidak ada yang paling Aku cintai dari seorang hamba
kecuali beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya.
Adapun jika hamba-Ku selalu melaksanakan perbuatan sunah, niscaya Aku akan
mencintanya. Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya
yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat
dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia
berjalan dengannya. Jika dia memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan dan
jika dia minta ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni, dan jika dia minta
perlindungan kepada-Ku, niscaya akan Aku lindungi."
6. Wali Allah memiliki 2 tingkatan:
1. Tingkat pertengahan
Orang yang
menjalankan kewajiban agama dan meninggalkan yang haram.
أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ،
وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ
عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ .
"bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah dengan
berkata, “Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib,
berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, lalu
saya tidak menambah lagi sedikit pun, apakah saya akan masuk surga?” Beliau
menjawab, Ya.” (HR. Muslim).
2. Tingkat Tinggi
Orang-orang
yang senantiasa beriltizam mengerjakan amalan-amalan Sunnah setelah yang wajib
7. Para Ulama adalah para wali Allah.
Imam Syafi'i
berkata:
إن لم يكن العلماء العاملون أولياء الله،
فليس لله ولي!
Bila ulama
yang mengamalkan ilmunya bukan wali Allah maka tidak ada wali Allah!
Jelas bahwa
para ulama adalah para wali Allah. Rasulullah bersabda:
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ
كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ
إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Sungguh,
keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan
purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi,
dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang
sangat besar.”
8. Tanda kewalian seseorang adalah melaksanakan kewajiban dan
meninggalkan larangan. Kewajiban terbesar adalah shalat 5 waktu. Maka wali
Allah adalah yang menjaga shalat 5 waktu di masjid.
Bila ada
yang mengaku wali namun tidak pernah shalat di masjid, maka jelas dia bukan
wali!
Allah
berfirman:
{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ}
dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) [الحجر : 99]
Allah Juga
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ}
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.
[آل عمران : 102]
Sehingga
jelas keliru bila ada yang mengaku wali namun tidak shalat, tidak pergi haji ke
Ka'bah karena katanya ka'bahnya yang mendatangi walinya. Ini adalah khurafat
yang jelas penyimpangannya!
9. Wali Allah tidak akan menganggap dirinya suci sebesar apapun
amal yang dikerjakan
Allah
berfirman:
فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَنِ اتَّقَىٰ}
janganlah
kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang
bertakwa. [النجم : 32]
Maka tidak
mungkin ada Wali Allah yang mengakui sendiri bahwa dirinya adalah wali
10. Wali Allah tidak harus bisa melakukan hal-hal luar biasa
yang disebut karamah. Sebagian wali Allah dikaruniai karamah atas tujuan
tertentu, bukan syarat mutlak disebut wali.
Karena karamah yang paling tinggi adalah keistiqamahan. Ahlussunnah
mengimani kebenaran karamah hanya saja tidak menjadikan barometer utama syarat
kewalian.
11. Tiga barometer untuk mengenali wali Allah menurut Ibnul
Qayyim Al Jauziyah:
1. Shalatnya
2.
Kecintaannya pada Sunnah dan ahlussunnah
3. Berdakwah di Jalan Allah secara ikhlas bukan
untuk mencari pengikut yang mengagungkan dirinya
12. Tidaklah disebut wali Allah sampai:
1. Berusaha ikhlas dalam ibadah
2. Mengikuti
contoh dari Rasulullah
Allah
berfirman:
{قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا
وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} (يوسف:
١٠٨)
Katakanlah:
"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik
13. Bersemangatlah untuk mengejar derajat yang tinggi di sisi
Allah
Rasulullah
bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ
بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَزْ
“Bersemangatlah atas
hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau
lemah"
Allah
berfirman:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ}
Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.
[العنكبوت : 69]
14. Mencintai wali Allah
merupakan tanda kebaikan. Maka cintailah orang-orang yang shalih, berakhlak
mulia dan wali Allah. Karena Rasulullah
bersabda:
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ يَوْمَ القِيَامَةِ
Seseorang
itu bersama yang dicintainya di hari kiamat
15. Teruslah belajar ilmu syar'i karena ia adalah lentera yang
menerangi jalan ke surga. Rasulullah bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ
عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ،
Barangsiapa
yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya
jalan menuju Surga.
16. Bergaullah dengan teman yang baik. Karena Rasulullah
bersabda:
المَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang
itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara
kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman
17. Hisablah diri kita sebelum hari perhitungan datang. Orang
yang cerdas adalah orang yang senantiasa mempersiapkan dirinya menghadapi
kehidupan setelah kematian.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا
أنت أستغفرك وأتوب إليك
Selesai
dengan memuji Allah yang maha sempurna
Akhukum
fillah,
Encang iRul
Al Batawiy
TANYA JAWAB
RINGKASAN TANYA JAWAB
TABLIGH AKBAR “MENCINTAI WALI-WALI ALLAH TA’ALA”
[Asy-Syaikh Prof. DR. Abdur Rozzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallah]
Pertanyaan Pertama: Apa Makna Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
Aku adalah Wali bagi Orang yang Tidak Punya Wali?
Jawab: Makna wali dalam dalil-dalil syar’i memiliki bermacam makna, diantaranya:
1. Waliyul amr, walinya urusan, artinya pemerintah, karena pemerintah mengurus urusan-urusan negara dan masyarakat.
2. Orang tua juga disebut wali karena mengurusi keluarganya.
3. Wali maalil yatiim, artinya yang mengurus harta anak yatim.
4. Adapun hadits “Aku adalah Wali bagi Orang yang Tidak Punya Wali” maknanya: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam adalah wali bagi wanita yang tidak memiliki wali untuk menikahkannya.
5. Demikian pula pemerintah atau yang ditugaskan oleh pemerintah (seperti lembaga KUA, pen) adalah wali bagi wanita yang tidak memiliki wali untuk menikahkannya.
Pertanyaan Kedua: Mengapa Allah Tidak Menolong Kaum Muslimin yang Tertindas di Sebagian Negeri?
Jawab: Sesungguhnya Allah benar janji-Nya, tidak akan mengingkari janji, akan tetapi Allah belum menolong sebagian kaum muslimin karena kesalahan mereka sendiri yang menyelisihi syari’at-Nya. Adapun orang yang menunaikan dan mengamalkan kewajiban maka Allah pasti menolongnya.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian, maka itu adalah akibat dosa-dosa kalian, dan Allah memaafkan banyak dosamu.” [Asy-Syuro: 30]
Pertanyaan Ketiga: Bolehkah Ngalap Berkah dari Wali?
Jawab: Keberkahan itu dari Allah bukan dari wali, sebagaimana firman Allah tentang ucapan Nabi Isa ‘alaihissalaam,
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ
“Dan Allah menjadikan aku diberkahi di mana pun aku berada.” [Maryam: 31]
لا تنال البركة إلا من الله بلزوم طاعته ولا تطلب إلا من الله سبحانه وتعالى فإن الله جل وعلا هو الذي يبارك من شاء من عباده وأما طلبها من غير الله كالموتى فهذا من اتخاذ الأولياء من دون الله
“Keberkahan tidak mungkin diraih kecuali dari Allah dengan cara menaati-Nya, dan tidak boleh dimintakan kecuali kepada-Nya, karena Allah ‘azza wa jalla Dialah yang memberkahi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Adapun meminta berkah dari selain-Nya seperti kepada orang-orang yang sudah mati maka termasuk menjadikan orang-orang yang mati tersebut sebagai para wali yang disembah selain Allah (maka termasuk syirik).”
Pertanyaan Keempat: Apakah Para Wali Maksum (Suci dari Dosa)?
Jawab: Para wali tidak maksum, tetapi apabila mereka melakukan dosa maka mereka segera bertaubat kepada Allah, sebagaimana firman-Nya,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” [Ali Imron: 135]
والحمد لله رب العالمين
[Tabligh Akbar "Mencintai Wali-wali Allah" di Masjid Istiqlal, Jakarta Indonesia, 25 Jumadal Akhirah 1437 / 3 April 2016]
Peringkas: Sofyan Chalid bin Idham Ruray -ghafarallaahu lahu wa 'afaa 'anhu (semoga Allah mengampuni dan memaafkannya)-.
Sumber: https://www.facebook.com/sofyanruray.info/posts/592825150866971:0
Silakan Dengarkan dan Download
Link Video https://www.youtube.com/watch?v=OWTjZxr4B0M&feature=youtu.be
Link Video https://www.youtube.com/watch?v=OWTjZxr4B0M&feature=youtu.be
Barakallahu fiikum.
17 komentar
masyaallah
subhanalloh
Subhanalloh mbak sangat bermanfaat sekali infonya.
subhanalloh
Subhanalloh, informasinya sangat bagus sekali mbak dan juga bisa bermanfaat ... amin
Subahanallah.. Ternyata wali allah itu orang-orang yang termasuk ber ahklak mulia semua ya..
barakallahu fiik
barakallahu fiik
barakallahu fiik
Allah lah yg memberi taufik.
semoga Allah limpahkan hidayah dan taufik kepada kita semua. aamiin.
Kemarin minggu ke istiqlal Mbak? Waah saya juga ke sana.
Semoga kita terpacu semangatnya lebiih mendekatkan diri kepada Allah, beriman dan bertaqwa, menjalankan kewajiban dan meninggalkan laranNYA, menjadi wali Allah.
Barakallahu fiik... mas Juhdi.
Qadarullah saya waktu itu sedang "di luar area" namun tetap menyimak kajiannya real time - live via HP. Alhamdulilah jika mbak Levina hadir, barakallhu fiik.
Amin mbak.
Subhanallah memang benar....
semoga kita dapat memetik faedahnya, barakallahu fiik .. AcademicIND
Thank you for supporting & Positive's Comments l Barakallahu fiikum.